Pasraman Kilat Kolaborasi TOSKA – MDA Kuta Selatan dilaksanakan sehari setelah pembagian rapor Kenaikan Kelas, selama dua hari (15-16 Juni 2024) bertempat di SMA Negeri 2 Kuta Selatan. Pasraman dimulai dengan persembahyangan bersama dipimpin Jro Mangku Gobleg dikuti seluruh siswa kelas 11 yang beragama Hindu dan Guru plus Tenaga Kependidikan yang beragama Hindu. Hari pertama Pasraman diisi dengan pendalamanan tattwa (filsafat) oleh Prof. Dr. Drs. I Nyoman Suarka, M.Hum. Guru Besar dari Fakultas Ilmu Budaya Unud. Kegiatan ini dirangkaikan dengan Dharma Shanti Nyepi Saka 1946 yang diinisiasi oleh MDA kecamatan Kuta Selatan. Peserta Dharma Shanti terdiri atas Prajuru Desa Adat se-Kecamatan Kuta Selatan dan lembaga terkait keadatan (Listibya, Widya Sabha, PAKIS, Lurah/Perbekel se-Kuta Selatan). Hadir pula Camat Kuta selatan yang diwakili oleh Sekretaris Camat, I Nyoman Sujaka dan seluruh siswa kelas XI yang beragama Hindu plus GTK beragama Hindu SMA Negeri 2 Kuta Selatan.
Dalam pengantarnya, Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan mengajak seluruh perserta Dharma Shanti dan Pasraman Kilat untuk bahu-membahu mendidik remaja secara kolaborasi untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. ‘’Di sekolah tugas guru pengajian mendidik siswa, di rumah tugas guru rupa, dan di masyarkat tugas guru wisesa. Ketiga guru ini harus bersatu padu mendidik mewujudkan Pelajar Pancasila sehingga generasi muda kita berada dalam satu payung peneduh kearifan”, kata I Nyoman Tingkat sembari menambahkan gagasan ini sesuai dengan ajaran Ki Hadjar Dewantara tentang Trisentra Pendidikan dan Trikon : konsentris, kontinuitas, dan konvergensi.
Sementara itu, Prof. Dr. Drs. I Nyoman Suarka, M.Hum. mengajak peserta untuk mengisi “kekosongan” tattwa agar tidak beragama dengan tradisi mula keto. “Generasi muda sekarang adalah generasi yang rasional dan kritis. Mereka sulit menerima doktrin tanpa logika. Maka, guru dan orangtua mesti memberikan pemahaman masuk akal yang mudah dicerna akal sehat”, demikian disampaikan Prof. Suarka yang disimak penuh antusias oleh peserta dengan sajian menarik dan inspiratif.
Sajian yang menarik itu, pada kenyataannya sudah dilaksanakan oleh umat Hindu dalam tradisi ritual setiap saat sesuai dengan alur waktu baik dalam siklus tahunan berdasarkan sasih maupun dalam siklus wuku berdasarkan wariga Bali. “Selama ini ritual selalu meriah di permukaan, seyogyanya diimbangi dengan tattwa (filsafat) dan etika (susila) sehingga Tri Kerangka Agama Hindu berjalan seiring dan harmonis untuk mewujudkan taksu Bali, sebagai Pulau Dewata”, papar Prof. Suarka yang juga pernah menjadi Tim Perumus Tema PKB.
Acara Dharma Shanti dengan tema “Penguatan SDM Hindhu berbasis Kearifan Lokal” berlangsung hangat penuh kekeluargaan dengan dharma tula yang inspiratif. Acara diakhiri dengan sesi foto bersama antara MDA dan narasumber. Sementara itu, para siswa mendapat arahan lebih lanjut dari Panitia Pasraman untuk kegiatan Hari kedua, Minggu 16 Juni 2024 yang diisi dengan Pasraman berdiferensiasi sesuai dengan bakat dan minat masing-masing siswa.
Salam Wiweka Jaya Sadhu ! (ntk).
0 Komentar